Keindahan luar biasa dari bentang alam yang menyajikan gugusan pegunungan, lembah dan ngarai merupakan potret adiwarna dari Puncak Langara, salah satu situs (geosite) Geopark Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan yang terbentuk ratusan juta tahun silam.
Seperti “menemukan keajaiban” dari puncak bukit Langara kita akan mendapatkan landscape puncak-puncak gugusan pegunungan Meratus, lembah dan ngarai, Sungai Amandit yang berkelok-kelok, panorama hutan tropis serta kokohnya tiga puncak pegunungan karst Gunung Kantawan, ikon obyek wisata bukit Langara.
Suasana semakin eksotis ketika pagi hari, saat sinar mentari terbit dari belakang punggung Gunung Kantawan. Sebuah pemandangan yang sungguh menakjubkan. Tak heran sejak dibuka beberapa tahun lalu, obyek wisata ini banyak didatangi wisatawan dalam dan luar daerah.
Bukit Langara terletak di Desa Lumpangi, Kecamatan Loksado. Dapat dijangkau kurang lebih 1,5 jam dari Kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Loksado sendiri memang dikenal sebagai kawasan wisata alam dengan berbagai obyek wisata unggulan seperti bamboo rafting menyusuri Sungai Amandit, pemandian air panas Tanuhi hingga budaya masyarakat adat dayak di Balai Malaris.
Dari kaki bukit di Desa Lumpangi puncak Langara dapat didaki sekitar 30 menit dengan track yang tidak terlalu sulit, melewati kebun warga dan hutan tropis. Kecuali ketika mencapai kawasan puncak, Bukit Langara didominasi bebatuan kapur (karst) yang mirip gugusan karang dan sedikit tajam.
“Bukit Langara adalah salah satu geosite Geopark Meratus dimana bebatuan kapur atau karstnya terbentuk ratusan juta tahun silam. Ada sejumlah geosite di kawasan Loksado atau jalur utara ini,” tutur Nur Arief Nugroho, Tenaga Ahli Badan Pengelola Geopark Meratus.
Menurut catatan sejarah bebatuan karst yang membentuk gugusan perbukitan sekitar termasuk Bukit Langara merupakan jenis batu gamping yang terbentuk sekitar 180 juta tahun lalu. Bebatuan karst tersebut merupakan karang laut yang berasal dari fosil atau pengendapan hewan laut jenis orbitulina. Terbentuk sejak lempeng benua Australia yang bergerak dan menumbuk lempeng Sunda Land, bersama dengan ofiolit Meratus.
Ketua Harian BP Geopark Meratus, Hanifah Dwi Nirwana mengatakan ada 54 geosite yang tersebar di kawasan Geopark Meratus mulai dari bagian hulu kawasan pegunungan hingga bagian hilir Sungai Barito. Geopark Meratus telah diusulkan masuk dalam bagian Unesco Global Geopark (UGG) dengan tetap mengedepankan fungsi konservasi, edukasi dan ekonomi masyarakat sekitar. (L)